بِسْــــــــــــــــــــــمِ اﷲِارَّحْمَنِ ارَّحِي

Kamis, 09 Desember 2010

BAHAGIA ITU.............

Bahagia Kebahagiaan, kata-kata tersebut tidak akan pernah lepas dan selalu melekat dalam hidup dan kehidupan kita, apa pun kita, siapa pun kita, dari mana dan hendak kemana pun kita, bahagia dan kebahagiaan pasti akan selalu ada dalam benak kita, perasaan kita.
Lalu apa sih Bahagia dan Kebahagiaan itu ? Apakah sama dengan Senang Kesenangan atau Gembira Kegembiraan ?
Woww…kalau anda tanyakan hal seperti itu pada setiap orang maka anda akan mendapat seratus, seribu bahkan mungkin jutaan tanggapan yang berbeda. (tapi sepertinya kita tidak mungkin kan menanyain setiap orang seperti itu, kayak yang kurang kerjaan aja).
Setiap orang mencari bahagia dan kebahagiaan. Termasuk Anda, saya dan semua manusia lainnya di muka bumi ini tanpa kecuali diseorang yang paling brengsek dan jahatnya.
Pernyataan ; ’saya ingin bahagia’ sebagai salah satu hal yang paling manusia inginkan.
Selanjutnya, pertanyaan berikutnya muncul, ‘apakah Anda sudah bahagia?’. Ada yang bilang, ‘ya, saya bahagia’. Begitu juga, sebagian yang lain akan berkeluh-kesah ’saya tidak bahagia’.
Ada yang merasa bahagia apabila ;
Memiliki rumah bagus, mobil mewah, istri cantik dan anak-anak yang lucu.
Ada sebagian lain yang menyatakan Saya bahagia apabila:
Hidup tenteram dan tidak punya banyak masalah.
Mendapatkan seseorang yang mencintai dan dicintai seumur hidup.
Menjadi diri sendiri.
Bebas melakukan sesuatu dan tidak terikat orang lain.
Terlepas dari keadaan yang membuat stres.
Saya ingat sebuah pelajaran dari buku “Quantum Learning” yang sempat jadi best seller di negeri kita ini. Menurut buku itu, keadaan jiwa menentukan sikap tubuh, tapi sebaliknya pun bisa terjadi. Jika kita berdiri di depan cermin, menata postur tubuh kita, menegakkan tulang punggung, mengangkat wajah dengan mantap, membuka mata lebar-lebar, dan menghias wajah kita dengan senyum, maka bisa dipastikan kita tidak akan mampu bersedih. Sebaliknya, dengan postur tubuh yang buruk, badan yang tidak tegap, wajah yang lesu dan cemberut, jangan harap bisa merasa bahagia.
Apa yang dipaparkan dalam buku sama sekali bukan hal yang baru. Rasulullah saw. sudah sejak lama berpesan, “Senyum kepada saudaramu adalah sedekah”. Sedekah buat orang lain, karena telah menghiburnya secara visual lewat senyum, dan diam-diam ia pun bermanfaat bagi diri sendiri. Orang yang pergi kemana-mana dengan senyum – memang susah diharapkan untuk bersedih hati, atau berlama-lama larut dalam kesedihan.
Suri tauladan Beliau,Rasullah SAW, lebih konkrit lagi. Apakah masih kurang jelas bagi kita bahwasanya Rasulullah saw. adalah seorang manusia yang sangat berbahagia? Ketika bertemu seseorang, beliau akan mendahuluinya memberikan salam. Jika terlanjur diberi salam terlebih dahulu, ia balas salam itu dengan yang lebih baik. Setelah itu ia akan merangkul dan menyalami rekannya tersebut. Bukan sembarang salaman, karena Rasulullah saw. biasa menyalami orang dengan kedua tangannya dan tidak melepaskannya sebelum orang itu melepaskannya duluan. Jika bicara dengan seseorang, ia hadapkan seluruh tubuhnya ke arah kawan bicaranya. Jika pergi ke suatu tempat, ia melangkah dengan cepat dan antusias seperti sedang menuruni bukit. Tubuhnya tegap dan wangi, rambut selalu tersisir rapi, dan senyum yang selalu menghias wajahnya yang tampan.
Memang dalam hidup ini ada banyak faktor yang tidak bisa kita ubah, banyak hal yang terjadi tidak sesuai dengan kehendak kita. Namun demikian, pada dasarnya dan pada akhirnya, kita tetap bisa mengubah pikiran atau diri sendiri: untuk menjadi bahagia atau menjadi tidak berbahagia. Jika bahagia atau tidak bahagia diidentikkan dengan nasib baik atau nasib buruk, jadi sebenarnya nasib kita tidaklah ditentukan oleh siapa-siapa, melainkan oleh diri kita sendiri.
Allah telah menciptakan siang yang terang-benderang untuk waktu kita bekerja, dan malam yang gelap dan teduh untuk membantu kita beristirahat dengan tenang. Allah juga telah memberi kita hidup di tengah-tengah keluarga agar kita bisa belajar bagaimana berkasih-sayang. Allah menciptakan dedaunan yang hijau agar syaraf mata merasa lega ketika menatapnya. Allah menciptakan saudara-saudara seiman agar kita bisa berbagi kebahagiaan bersama, setidaknya lewat senyuman yang (semestinya) dipertukarkan dimana-mana. Allah jugalah yang telah menciptakan gurat-gurat di wajah manusia yang kita beri nama : senyum. Allah telah menciptakan rasa lega dalam hati manusia ketika orang lain tersenyum padanya, dan Allah telah melengkapi manusia dengan kemampuan untuk memilih.
” Tuhan tidak akan merubah suatu kaum, sampai kaum itu merubahnya sendiri; dan Bersyukurlah kamu sekalian atas apa-apa yang telah Tuhan mu berikan niscaya Tuhan mu akan menambahnya dengan berlipat-lipat, dan apa bila kalian tidak bersyukur maka siksa Tuhan mu sangat perih ; di sarikan dari Al Qur’an)
dan pada akhirnya
Robbana atina fiddunyaa hasanah, wa fil-akhiroti hasanah, wa qinaa ‘adzaaban-naar
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka“

Tidak ada komentar:

Share